Pengambilan TKU Bantara
Cerita ini dimulai ketika saya masih bersekolah di sebuah SMAIT IHSANUL FIKRI ,Mungkid Magelang. Pengalaman ini tidak akan pernah saya lupakan sebab pengalaman tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar di dalam hidup saya. Awalnya saya tidak tidak ingin pernah ikut di dalam organisasi kepramukaan, tapi karena diwajibkan oleh kakak pembina mau tidak mau saya harus mengikutinya. Di dalam kepramukaan, kami diajari cara baris berbaris, tali temali, serta tata cara berkemah, dan penerapan dada dharma Pada kehidupan sehari-hari. waktu MAPERTA (Masa Penerimaan Tamu Ambalan) di malam harinya banyak sekali teman-teman saya yang menangis karena pada saat jurig malam kami diharuskan melalui beberapa pos yang nantinya setiap pos akan memberikan materi yang berbeda-beda. Jurig malam adalah kegiatan yang ada pada perkemahan yakni pada saat naik tingkat atau pun penerimaan anggota baru. Kegiatannya pada waktu itu ialah dengan melalui asrama tentara. Kita berlatih fisik.
Setiap orang akan dibagi ke dalam setiap kelompok yang berbeda. Satu kelompok terdiri dari 9 orang anggota dan 1 orang ketua. Waktu menunjukkan jam 1 dini hari, ketika kelompok kami tiba di pos pertama yakni pos ilmu pengetahuan ketua kelompok kami menjawab pertanyaan dengan salah. Akhirnya kemudian diberi sanksi yakni jalan jongkok sepanjang jalan yang kami lalui hingga ke pos berikutnya. Padahal jalan ke pos berikutnya sangatlah jauh kira-kira 300 meter. Bayangkan saja kalau kita berjalan jongkok sejauh 300 meter, tentu lutut ini mau lepas rasanya. Akhirnya dengan kesusahan yang dihadapi disepanjang pos kelompok kami sampai pada pos terakhir yakni pos uji mental, ketua kami yang baru melangkahkan kaki masuk ke rumah kosong itu tiba-tiba saja berteriak dan lari tunggang langgang. Kami sebagai anggotanya tentu saja bingung. ternyata setelah sadar di balik pintu ada yang mencoba menakut-nakuti kami dengan membungkus dirinya dengan kain putih. Setelah melewati semua pos akhirnya kelompok kami sampai di sekolah.
Pada pos ini hanya boleh 3 anggota yang memasuki gedung ini, satu anggota harus menelusuri setiap kelas yang ada dan mencari selembar kain kafan yang telah disediakan. Karna para panitia berdandan ala syaiton, ada beberapa siswa yang histeris melihat bayangan tersebut. Pada pos ini yang saya alami adalah saya benar-benar melihat sosok pocong yang berdiri tegak di samping tangga, awal nya tidak menyangka bahwa itu adalah benar-benar pocong. Tetapi setelah melihat kebawah, kaki nya tidak menyentuh lantai, saat itu pun kami berteriak dan lari ketakutan menelusuri setiap tangga untuk turun kebawah. Karna ketakutan ini, satu lembar kain kafan nya jatuh, pada akhir nya panitia menuntut kami untuk kembali ke gedung tersebut dan mengambil satu kain helai kafan.Untuk misi kali ini selesai.
Setelah melewati gedung ini, para peserta harus menutup mata nya dan menelusuri jalan sampai ke tujuan selanjutnya yaitu kuburan. Disini hanya boleh satu anggota yang masuk ke dalam kuburan. Banyak sekali jenis macam setan yang di buat oleh kakak kakak panitia. Kawan kawan saya ada beberapa yang pinsan dan menangis histeris. Untuk kelompok kami, telah lulus pada ujian ini.
Setelah selesai misi ini, semua peserta di tujukan untuk menelusuri jalan dengan per kelompok, dan hanya di bekali minum 1 botol Aqua besar. Perjalanan kami sepanjang 15km.
Setelah melalui berbagai macam rintangan dan tantangan yang ada maka sebagian dari kami ada yang dinyatakan lulus dan ada yang tidak lulus. Kemudian sebagian kami yang lulus harus memisahkan diri dari kelompok, namun karena di dalam kepramukaan itu juga harus dituntut rasa kebersamaan serta tidak mementingkan diri sendiri. Maka sebagian dari kami tersebut tidak ingin memisahkan diri dari kelompok. Kemudian terjadilah perdebatan antara anggota dewan dan panitia penyelenggara. Di dalam perdebatan itu juga sempat terjadi baku hantam dan pembakaran barang-barang yang ada disana. Namun pada akhir acara ternyata semua itu hanya rekayasa belaka dan hanya untuk sekedar menguji mental kami sebagai calon bantara. Sejak saat itulah saya tidak pernah terkejut apabila di dalam suatu organisasi itu ada perselisihan pendapat atau perdebatan sekaligus pengalaman tersebut membuat mental saya bertambah kuat untuk menghadapi masalah hingga saat ini. Di telinga saya masih terngiang kata-kata kakak penegak yakni, “Pertahankanlah argumenmu walaupun itu salah, sebab mempertahankan argumen yang ada sangatlah sulit”. Demikian lah cerita singkat tentang pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan hingga akhir hayat.